Selasa, 29 Agustus 2017

Menuju Sejati Gunung Raung


Bagi penikmat gunung, siapa yang tidak kenal dengan gunung raung, gunung yang dikenal dengan tantangan yang sulit ini merupakan idola bagi para pendaki, gunung raung merupakan gunung berapi aktif yang berada dalam jajaran pegunungan ijen dengan ketinggian 3.344 mdpl, gunung raung juga terkenal memiliki lingkaran kaldera kering yang terbeasar di pulau Jawa,
Gunung raung terletak di tiga kawasan kabupaten yaitu Besuki, Banyuwangi dan Bondowoso dan memiliki beberapa jalur pendakiannya sendiri sendiri antara lain sumber wringin, kali baru, glenmore dan kalisay, untuk menuju puncak tertinggi hanya dapat dilalui melalui jalur kali baru.
Setelah sekian waktu lalu saya mencoba jalur sumber wringin kali ini saya akan mencoba jalur kali baru untuk menggapai puncak sejati gunung raung,

Keinginan saya menjelelajahi gunung raung akhirnya terpenuhi juga, rekan perjalanan kali adalah "moko" seorang maestro berambut "acak-acakan" ala Ahmad akbar dikala muda dan seorang teman yang akan kami temui disurabaya nanti, 
Transportasi Menuju dusun Kalibaru terbilang mudah dari Jakarta menuju Surabaya kemudian dilanjutkan menuju stasiun kali baru disana sudBah menanti jasa ojeg yg akan mengantarkan kami ke basecamp ibu Seto.





Setelah melewati satu malam yg hangat di kediaman ibu suto kamipun bergegas memulai perjalanan, usai urusan administrasi tantangan Medan offroad didepan mata,, 45 menit lamanya berada diatas tunggangan kuda besi dengan Medan khas pegunungan membuat pinggang serasa mau copot. Biaya Simaksi 35.000 plus uang jaminan sampah sebesar 100.000 yg akan dikembalikan selepas kita turun nanti. 45 menit berselang tibalah kami dicamp 1 batas pengantaran jasa ojeg, sepanjang perjalanan komoditas kopi khas pegunungan berjajar dikanan-kiri jalan yg dilalui




Menuju camp2 jalur yang dilalui masih landai dan komoditas kopi masih menemani di sepanjang jalan, selama 1,5 jam baru akan memasuki hutan rapat dengan ditandai pohon-pohon besar, dari pos 1 menuju pos 2 adalah jarak yang terpanjang membutuhkan sekitar 3 jam untuk tiba di camp 2









Selanjutnya menuju camp 3 Medan hutan rapat masih menemani perjalanan sesekali landai sesekali 
tanjakan membutuhkan sekitar 30 menit untuk tiba dipos 3 


Selanjutnya camp 4 Medan mulai menanjak butuh kesabaran ekstra menuju camp 4 jarak tempuh 1 jam, camp 4 salah satu camp ground yang cukup luas selain camp 7 bisa menampung 10 tenda disini, 



Menuju Camp 5 mulai disuguhi tanjakan tanjakan panjang,, menuju camp 5 membutuhkan waktu sekitar 1 jam, hujan menyertai perjalanan kami, setelah Tiba dicamp 5 kami putuskan bermalam disini, hujan yang turun tak juga berhenti sepanjang malam,

Lanjut menuju camp 6 Medan semakin menanjak, membutuhkan waktu sekitar 1 jam untuk sampai di camp 6 hutan rapat menemani perjalanan sesekali kami harus bermanufer menghindari pohon tumbang, camp  6 Hanya sebuah dataran yg tidak terlalu besar hanya cukup untuk 3 tenda,


Selanjutnya menuju camp 7, Medan semakin menanjak terdapat 2 camp bayangan sebelum sampai ke camp 7 dari sini tanaman khas ketinggian sudah mulai nampak,membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam untuk sampai di camp 7, dataran yg cukup luas dapat menampung sekitar 10 tenda, rencana selanjutnya kami akan sumit atack dari sini,,



Perjalanan sumit atack kami mulai dari camp 7 start pukul 03.00 menuju camp 8 membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam dengan tanjakan - tanjakan maut yang akan membuat para pendaki akan sering mengucap asma Allah karena suguhan tanjakan tanpa henti area dicamp 8 tidak luas hanya dapat menampung 2 tenda dan juga area camp yg agak miring.
selanjutnya menuju pos 9 Medan khas ketinggian penuh dengan tanjakan - tanjakan terjal untuk sampai dipos 9 memakan waktu 1 jam 
Dari pos 9 menuju puncak bendera membutuhkan waktu15-20 menit, matahari terbit menyambut kami di puncak bendera, nampak gagah didepan mata puncak 17 puncak tusuk gigi dan puncak paling tinggi gunung Raung puncak sejati.

Awalan persiapan pengamanan mulai dipersiapkan dari sini, selepas puas menikmati indahnya matahari terbit untuk  menuju puncak 17 harus jalan menurun di bibir jurang, konsentrasi tinggi sangat diperlukan untuk melewati jalur ini sampai diujungnya kita harus menanjak tebing setinggi kurang lebih 6 meter, area ini disebut sebagai titik rawan 1, terdapat  beberapa hanger dan titik anchor sebagai alat bantu pengamanan, selepas tim sudah semua berada diatas titik rawan 1 selanjutnya puncak 17 didepan mata tebing tinggi sekitar 15 meter harus ditaklukan untuk dapat menggapai puncak 17. 
Seakan Tak ingin berlama-lama diatas puncak 17 perjalanan kami lanjutkan menuju puncak tusuk gigi, awalnya kami harus menuruni puncak 17 dengan teknik repling sampai dasar puncak 17 sisi yg berlawanan dengan puncak bendera dan selanjutnya menyeberangi yang orang-orang sering sebut jembatan sirotol mustakim, memang tidak berlebihan kenapa sering orang sebut demikian karena sepanjang kurang lebih 500meter kami berjalan diatas punggungan tipis dengan lebar sekitar 40cm dengan jurang yang menganga dikanan kiri, 

Setelah melewati jembatan sirotol mustakim puncak tusuk gigi didepan mata kembali karamantel dan beberapa anchor disiapkan kali ini lebih tinggi dari puncak 17 sekitar 20 meteran badan yang sudah mulai letih sedikit menghambat pemanjatan kami perlahan namun pasti puncak tusuk gigi berhasil kami gapai, lebih puas lagi memandang dari atas puncak tusuk gigi jejeran gunung argopuro Arjuna Welirang dan nampak dari kejauhan gagahnya gunung Semeru dapat terlihat dengan jelas, puas memandang itu semua kami lanjut bergegas menuruni puncak tusuk gigi, 

harus berhati-hati menuruninya dan diujung dari jalur penurunan puncak tusuk gigi terdapat area titik rawan 4 kita harus repling setinggi 20 meter. 

Di sini karamantel kita tinggalkan untuk selanjutnya menyeberangi celahan kecil dan memulai mendaki menuju puncak sejati, membutuhkan sekitar 1 jam untuk sampai di puncak sejati, di jalur ini kita harus mendaki khas sumit puncak-puncak gunung vulcano dengan pasir dan bebatuan yang besar. Satu jam bersusah payah akhirnya sampailah kami dipuncak sejati gunung raung, nampak gagah tebing-tebing raksasa yang berjajar mengelilingi kawah aktif 
didasar kawah, dasar kawah berpasir hitam menandakan bahwa kawah sedang berproduksi, tak lupa raungan suara angin yang menjadikan ciri khas gunung raung,






















Gunung selamet via kaliwadas




Berawal dari tempat kami dibesarkan (biovack orange) perjalanan saya bersama bapak ketua umum Samastha buana (24) bermulai, tujuan kami gunung selamet Jawa tengah jalur yang kami pilih adalah kaliwadas dusun duwuhan kabupaten berebes. Tepat pukul 8 malam bus yang kami tumpangi siap memberangkatkan kami,, perlahan merayap membelah Jakarta hingga menjauh dari ibukota

Tepat pukul 04.00 kami sampai di terminal baru bumi ayu, sedikit terlambat memang dari rencana sampai dikotanya ngapak-ngapak ini, maklum libur panjang memepengaruhi kepadatan lalu lintas diperjalanan tadi, perjalanan kami lanjutkan dengan menumpang kendaraan pengantar sayur menuju pasar pengasinan desa sirampog

Hiruk pikuk pasar pengasinan menyambut kedatangan kami, kedatangan kami memeng bertepatan dengan aktivitas pasar yg sedang ramai-ramainya,

Dari pasar sirampog perjalanan dilanjutkan menggunakan jasa ojeg menuju desa duwuhan kaliwadas, 



Gagahnya gunung selamet semakin membuat kami tak sabar untuk menyentuhnya, setelah proses perizinan selesai perjalananpun kami mulai dengan melintasi perkampungan warga desa dukuh kaliwadas dilanjutkan melewati perkebunan penduduk, sekitar 30menit tibalah kami di pos 1 
tuk suci, sebuah sumber mata air yg dimanfaatkan warga dusun duwuhan dan PDAM sebagai sumber air. Dari cerita masyarakat sekitar, Tuk Suci atau pos 1 atau sumber air PDAM merupakan petilasannya petruk (dalam dunia perwayangan), mungkin dari cerita itu kenapa dinamai "Tuk (petruk) Suci" (Wallahuallam). Menurut saksi mata pernah terlihat sosok Katak yang besarnya lebih besar Dari seekor sapi super,, Katak itu menghilang setelah menceburkan diri kedalam mata air Tuk Suci,




Perjalanan menuju pos 2 semakin asyik, medan layaknya gunung tropis diindonesia lainnya dengan pohon-pohon besar dan rapat, diawal menuju pos 2 kita jumpai banyak pohon bambu, konon rangkaian pohon bambu ini disebut juga "Pringgodani" atau "bambu kecil" bambu-bambu ini yang dipakai gatot kaca sebagai senjatanya (panah), 30 menit berselang tibalah  kami di pos 2 Wringin growong atau dalam bahasa Indonesia pohon besar yg berlubang, dalam kisah perwayangan tempat ini merupakan petilasan Semar putih.



Hampir sepanjang jalan menuju pos 3 kami disuguhi oleh track yang landai, setelah 5 menit berjalan ada sebuah jembatan kayu yang menandakan sebuah percabangan lurus menuju sumur pengantin dan belok kiri menuju pos 3, track yang hampir tidak terlihat karena banyak ditutupi ilalang dan semak belukar menambah kesan tersendiri menemani perjalanan menuju pos 3, setelah 45 menit berjalan tibalah kami dipos 3 sebuah dataran kecil dengan pesona kayu raksasa di sekelilingnya.





Setelah Jalur Kali wadas memberikan angin segar kepada kami lewat jalur yang landai menuju pos 3 sebaliknya jalur menuju pos 4 mulai menanjak, vegetasi hutan yang rapat sesekali berkabut sedikit menciutkan nyali kami, tapi perjalanan tetaplah perjalanan, yang lebih indah itu bukan saat berada di puncak sana, tetapi prosesnya lah yang paling indah, begitulah nasihat orang-orang sholihin, butuh waktu 45menit untuk sampai dipos 4.






Menuju pos 5 kembali disuguhkan tanjakan - tanjakan yang memanjakan, butuh waktu 25 men it  untuk tiba ditempat peristirahatan pos 5, vegetasi hutan rapat dan pepohonan besar masih menemani perjalanan ditambah suara-suara burung yang saling bersahutan


Butuh sekitar 45 menit menuju pos 6 Medan yang semakin menanjak dan cuaca yang berkabut tipis, vegetasinya pun tak jauh berbeda dari pos sebelumnya namun kali ini dibutuhkan kesabaran yang lebih untuk mencapainya.


Menuju pos 7 membutuhkan waktu sekitar 30 menit, Medan semakin menanjak dimana vegetasi sudah mulai terbuka tanaman khas ketinggianpun sudah mulai nampak dipos 7.


Waktu yang dibutuhkan menuju pos 8 tidak lebih dari 30menit, Medan yang terbuka, sesekali dijumpai bunga kebanyggaan Indonesia (anapalis javanica) dan tanaman khas ketinggian lainnya.


Setelah berjalan sekitar 30menit tibalah kami di pos 9, vegetasi kembali rapat di sekitar pos 9 mulainya bertemu punggungan Antara Jalur kaliwadas Dan batu Raden, Medan yg dilalui pun tidak seterjal pos sebelumnya.






Perjalanan pun kami lanjutkan cuaca lagi-lagi sedang tidak bersahabat, saat menuju pos 10 hujan turun alhasil perkakas anti hujan keluar serentak, untung tak bisa dihindari selama perjalanan dari pos 9 kami tidak menemukan pos 10, alhasil tibalah kami di pos 11, Medan terbuka tepat berada di puncak punggungan, nampak indah pemandangan dari sini gagahnya puncak berbatu selamet,
kota kecil nun jauh disana berselimut kabut tipis, waktu tempuh kami dari pos 9 sampai pos 11 sekitar 1,5jam,
Saat itu waktu menunjukkan pukul 16.30 disertai gerimis yang mendayu-dayu, bulat sudah keputusan kami, kami akan bermalam disini berharap malam cuaca bagus sambil menatap gugusan bintang.




Alarm berdering keras menandakan jam 04.00 membangunkan kami untuk segera menyambut matahari di pagi ini, menuju pos 12 membutuhkan waktu 30 menit Medan yang dilalui masih berupa punggungan terbuka dari pos 12 kami melanjutkan perjalanan menuju puncak, Medan khas bebatuan menemani perjalanan kami, butuh waktu 1,5 jam untuk sampai di puncak gunung selamet
Disisi kanan nun jauh disana berdiri tegak gunung Ceremai dengan keangunanya, dari pandangan sebelah kiri nampak dua saudara kembar sindodoro dan sumbing.





Senin, 28 Agustus 2017

gunung Lawu dengan pesona candi ceto


Gunung Lawu via candi cheto



Kali ini ini tujuan perjalanan saya adalah gunung Lawu dan pilihannya melewati Jalur candi cheto, dimana Jalur ini merupakan Jalur terpanjang Dari semua rute yang disajikan dipendakian gunung Lawu, saya tidak sendiri Ada mentor saya yang mendampingi perjalanan saya Kali ini bang herry (ceker) namanya.

Buat para penjelajah gunung rimba gunung Lawu merupakan salah satu destinasi yang wajib dikunjungi, gunung berketinggian 3265mdpl ini memiliki ciri tersendiri yang membuatnya tersohor dimata pengiat alam bebas, sebetulnya perjalanan ke gunung Lawu ini bukan Kali pertama buat saya, Jauh beberapa tahun yang lalu (sekitar 10 tahun lalu) saya pernah berkunjung ke sini, jadi bayangkan memori yang hampir memudar tentang destinasi ini ditambah jalur yang dilewatipun berbeda (cemoro Sewu/cemoro kandang), bisa dibayangkan betapa antusiasnya saya dalam perjalanan kali ini,, 😊😊😊😊


Dari terminal Lebak Bulus tepat pukul 17.00 Bis tujuan karang anyar mengantarkan kami memulai perjalanan kami, perjalanan lebih dari 12 jam lumayan membuat urat pinggang sedikit bengkak,, pagi ini kota kecil karang anyar yang sejuk sangat menggairahkan, kabut tipis menyejukkan ditambah bakwan dan beberapa menu sarapan ala terminal menawarkan sedikit perut yang keroncongan, perjalanan dari terminal karang pandan (kota karang anyar) dilanjutkan menuju desa Kemuning dengan Bis mini yang siap membelah tanjakan-tanjakan curam,, Bis yg kami tumpangi mengantarkan kami sampai desa kemuning. Dari sini perjalanan dilanjutkan menggunakan jasa ojeg











Perjalanan dengan motor alias ojeg sungguh menantang, tanjakan-tanjakan yg hampir Tegak lurus menjadi tantangan 
tersendiri bagi bapak driver,, jantung serasa dibawa naik turun layaknya menaiki wahana roler coster, sekitar 20 menit perjalanan tibalah kami di pintu masuk candi ceto,, situs peninggalan kerajaan hindu ini memiliki beberapa candi yang masih terawat baik di antaranya candi ceto, cagar saraswati dan candi khetek








Perjalanan dari candi ceto menuju pos 1 sungguh menawan Medan terbuka dengan suguhan tanjakan tanpa henti menghentakan dengkul yg sudah mulai tua ini, waktu 
tempuh dari candi ceto menuju pos 1 adalah 1 jam, 




Dari pos 1 menuju pos 2 masih disuguhkan tanjakan - tanjakan memanjakan dengan medan tanah licin, namun Medan tidak lagi terbuka seperti menuju pos 1, kali ini agak tertutup, waktu yang dibutuhkan menuju pos 2 (Brak sengo) adalah 1 jam.



Setibanya kami dipos 2 kami mendapat kabar dari pendaki lain bahwa ada seorang pendaki yg tercecer dari kelompoknya dan mengalami cidera dikakinya sampai-sampai tidak dapat berjalan, berbekal pengetahuan seadanya kami berinisiatif membantunya, sambil menunggu bantuan tim rascue datang menjemput.

Tepat pukul 18.30 setelah korban dibawa turun kamipun bersiap kembali melanjutkan perjalanan menuju pos 3, jalur menuju pos 3 masih sama tanjakan - tanjakan mengilukan harus ditaklukan membutuhkan waktu 1,30 jam untuk sampai di pos 3 cemoro dowo




Menuju pos 4 membutuhkan kesabaran yg lebih tinggi Terjalnya jalur memperlambat perjalanan, Medan yg tertutup ditambah tanjakan-tanjakan tanpa konstan, membutuhkan 1.5jam untuk tiba dipos 4 
Lelah akan terbayar ketika sampai dipos 5 hamparan sabana luas diselingi kabut tipis menambah romantisme selama perjalanan, awal dari pos 4 memang masih sulit Medan terjal nan panjang menemani perjalanan, setelah berjalan kira - kira 45 menit Medan berangsur landai sampai pada klimaksnya hamparan sabana menyambut tamunya yang datang,, total perjalanan dari pos 4 ke pos 5 adalah 1jam




Perjalanan menuju puncak dari pos 5 sangat amat istimewa sepanjang jalur sabana berbalut kabut tipis, ditambah gerimis sendu membuat suasana bertambah romantis,, 45menit dari pos 5 akan ditemukan Bulak menjangan kolam alami berisi air yg sejuk, ada 2 buah kolam dikanan dan kiri track, setelah melewati sabana Medan sedikit menanjak menandakan kami akan tiba di pasar dieng (pasar setan), 20 menit kemudian tibalah kami di puncak Hargo dalem,, turun sejenak dari Hargo dalem kami tiba di "The Lagent of mt Lawu" (mbok yem)
Dari Warung mbok yem perjalanan menuju puncak Hargo dumilah membutuhkan waktu sekitar 30menit 
Medan khas sumit tanjakan terjal dan pepohonan khas ketinggian lainnya,,














Jalur turun yang kami pilih yaitu cemoro sewu,, seperti kita ketahui Medan cemoro sewu sangat terjal terdapat sendang derajat disalah satu pos nya yaitu mata air yang disakralkan karena memang mata air ini tidak pernah kering,, terbukti sejak pertama kali saya melihatnya 10 tahun lalu sendang derajat masih terawat dengan baik,,


Demikian deskripsi pendakian gunung lawu via Candi Cheto kami buat,, atas izin Allah Swt insyaAllah  kami Akan mendeskripsikan destinasi-destinasi lainya,
Semoga apa-apa yang kami buat dapat bermanfaat bagi Kita semua


Semoga Allah Swt memberikan Kita semua karunia yang luas 



Salam Lestari

Tak ada lagi istilah "...sumber air suu dekat kakak..."

Bicara leuweung (hutan) dalam konsep budaya masayarakat parahiyangan dikelompokan dalam 3 zona : Perampasan hak hutan  1. Leuweung Titipan ...